Pelestarian Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kalimantan Selatan: Harmoni Alam dan Ekonomi Lewat Program Hutan Rakyat dan FOLU Net Sink 2030
Di tengah luasnya bentang alam hutan Kalimantan Selatan (Kalsel), Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan (Dishut Kalsel) memainkan peran strategis bukan hanya sebagai penjaga ekosistem, tetapi juga sebagai penggerak kesejahteraan masyarakat.
Melalui program-program inovatif dan inklusif, Dishut Kalsel berupaya menghadirkan manfaat nyata yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat lokal.
Salah satu program adalah Hutan Rakyat, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang berstatus hak milik atau hak lain di luar kawasan hutan, dengan penutupan tajuk didominasi oleh tanaman kayu-kayuan, dan dikelola langsung oleh masyarakat di atas lahan milik mereka sendiri. Saat ini, total luas Hutan Rakyat di Kalimantan Selatan mencapai 8.267 hektar, menjadi simbol nyata bahwa pelestarian lingkungan dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Untuk memastikan pengelolaan berjalan optimal, Dishut Kalsel membina Kelompok Tani Hutan (KTH) sebagai mitra utama dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Para petani yang tergabung dalam KTH mendapatkan berbagai dukungan, mulai dari penyediaan bibit pohon, pelatihan pengelolaan hutan, hingga penguatan kapasitas pemberdayaan ekonomi berbasis hasil hutan. Kolaborasi ini menjadi salah satu pilar penting dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan ekologi dan ekonomi.
Sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan skala nasional, Dishut Kalsel juga menjadi mitra pelaksana proyek FOLU Net Sink 2030 melalui Result-Based Contribution (RBC) Norwegian Contribution fase pertama. Program ini berfokus pada penanaman pohon di
kawasan APL dengan sistem agroforestri. Kegiatan penanaman dilakukan di tiga kabupaten: Hulu Sungai Tengah, Banjar, dan Tanah Laut, dengan total luasan mencapai 305 hektar.
Sebanyak 190.625 bibit pohon dari berbagai spesies — seperti durian, karet, langsat, kemiri, petai, dan mangga — ditanam bersama lima KTH: Sepakat Baru, Bumi Sejahtera, Berkat Sulasih, Ushuluddin, dan Dewa Subur. Total terdapat 176 petani yang terlibat, terdiri atas 150 laki-laki dan 26 perempuan. Komitmen masyarakat dalam program ini diwujudkan melalui penandatanganan pakta integritas, yang menyatakan kesediaan mereka untuk tidak memperjual belikan bibit, menjaga kelestarian hutan, serta menanam
dan merawat pohon yang telah ditanam.
Keunikan program ini terletak pada pendekatan partisipatif. Dishut Kalsel melibatkan masyarakat secara aktif dalam menentukan jenis tanaman yang akan ditanam, dengan mempertimbangkan aspek ekologi sekaligus nilai ekonomi. Beberapa jenis tanaman seperti durian, alpukat, dan karet dipilih karena memiliki manfaat jangka panjang bagi masyarakat. Selain itu, bibit yang digunakan diutamakan berasal dari sumber lokal, sehingga turut menggerakkan perekonomian petani bibit di daerah. Pada Oktober 2024, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, bersama Duta Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rut Krüger Giverin, melakukan kunjungan lapangan dan dialog dengan lima KTH di Kalimantan Selatan.
Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang penanaman bersama di KTH Berkat Sulasih, Desa Sungai Arfat, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Siti Nurbaya menyampaikan apresiasinya atas capaian rehabilitasi lahan di Kalimantan Selatan yang dinilai berjalan baik dan partisipatif. "Saya semakin yakin kalau Provinsi Kalimantan Selatan adalah yang terbaik dalam hal rehabilitasi lahan dengan penanaman pohon"; ujar Menteri Siti.
Hal senada disampaikan Duta Besar Rut Krüger Giverin, yang menyatakan kekagumannya terhadap komitmen masyarakat dan pemerintah daerah dalam program rehabilitasi lahan ini. Ia menegaskan bahwa partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan pengendalian perubahan iklim di tingkat tapak. “Semangat dan kerja sama yang Bapak dan Ibu tunjukkan hari ini, mencerminkan komitmen bersama dalam upaya pengendalian dan penanggulangan perubahan iklim”; tutur Dubes Rut.
Selain memberikan dampak positif bagi lingkungan sebagai penyerap karbon, program ini juga diharapkan mampu menjadi sumber penghasilan tambahan bagi petani. Dalam lima tahun ke depan, hasil panen dari pohon-pohon produktif ini diharapkan dapat menopang ekonomi keluarga. Di saat yang sama, keberadaan pohon-pohon tersebut akan berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Capaian program ini terus dipantau secara berkala. Pada minggu ketiga Juni 2025, tim PMU FOLU NC-1 bersama Dishut Kalsel melaksanakan monitoring dan evaluasi (monev) kedua saat pemeliharaan tanaman tahun pertama berlangsung. Kunjungan dilakukan pada empat KTH, yakni Berkat Sulasih, Bumi Sejahtera, Ushuluddin, dan Sepakat Baru. Terlihat bahwa antusiasme petani untuk belajar teknik-teknik baru untuk mereka, seperti teknik menyusun cabang agar mengarah secara horizontal pada pohon durian, maupun teknik pruning untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi pada pohon, sehingga diharapkan nanti produktivitas pohon bisa tinggi.
Tentu saja, sejumlah tantangan tetap dihadapi, mulai dari ancaman kekeringan, gangguan hama seperti serangga dan monyet, hingga kerusakan oleh ternak. Namun, sinergi antara masyarakat, Dishut Kalsel, dan PMU terus dijaga untuk mencari solusi terbaik demi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Seluruh kegiatan penanaman dalam program ini menerapkan sistem agroforestri di kawasan APL, sehingga tidak hanya memperbaiki kondisi lingkungan, tetapi juga berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan pengembangan ekonomi masyarakat. Upaya ini sejalan dengan arahan Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni, yang dalam penyusunan dokumen Second Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia pada 16 Maret 2025 menegaskan bahwa target ambisius FOLU Net Sink 2030 harus dicapai dengan memperhatikan dinamika pembangunan nasional, seperti kebutuhan lahan untuk ketahanan pangan dan bioenergi, tanpa mengabaikan komitmen terhadap pengendalian emisi.
Dengan program-program seperti ini, Kalimantan Selatan tidak hanya menjaga keindahan alamnya, tetapi juga menanamkan harapan bagi masa depan masyarakat yang lebih sejahtera dan berkelanjutan. Dishut Kalsel membuktikan bahwa pelestarian hutan bukan sekadar kewajiban pemerintah, melainkan juga sebuah peluang untuk menciptakan harmoni antara manusia dan alam.